Kamis, 18 Juli 2013

HARI SANG PENGEMIS PENOMENAL



 Berita yang berjubel  di halaman koran Radar Lombok seperti melongokkan kepalanya menawarkan diri untuk dibaca.Biasa aku akan melahap semuanya. Kalau tidak orang lain akan merebut kesempatan itu untuk membacanya.Maklumlah koran keroyokan.Satu untuk semua.
       .Berita bayi yang dibuang orang tuanya cukup menyedihkan sekaligus menyenangkan karena masih ada harapan. si bayi masih hidup.Presiden datang ke NTB  hadiri puncak perayaan Hari Koperasi,Gubernur tagih perpanjangan Runway BIL, protes mahasiswa ,kades  Sambelia dapat BLSM menarik semua. Semua memberi harapan masa depan sebagaimana harapan hidup terus bayi di atas.
        Ketika mengamati gambar Hari terasa berbagai pikiran dan perasaan bergejolak, berbaur berputar-putar menendang menempeleng semua orang yang ada. Yang dekat atau jauh dengannya. Yang kenal atau tidak mau kenal dengan penderitaannya. Para pejabat yang merasa iba dalam hatinya atau yang merasa malu punya rakyat seperti dia. Orang kaya di dalam mobil mewah yang pernah memberi uang padanya atau  orang setengah kaya yang merasa sok kaya dengan sikap cuek bebek saat melihatnya.Tukang ojek yang mengenalnya yang mau mengantarnya dengan memberi tenggang waktu pembayaran ongkos padanya atau yang ikhlas mengantar walau hanya sekali saja.Satpol PP yang merazianya berkali-kali. Yang merasa jengkel karena mememukan orang yang sama dalam setiap razia.Atau yang kasihan karena dia membayangkan bagaimana kalau orang malang ini adalah anaknya. Para dokter perawat dan rumah sakit yang ahli penyakit kulit.Wartawan yang meliput beritanya sampai bersambung-sambung.Dan tentu masih banyak lagi apalagi kalau kita mau memperbanyaknya.
             Lihatlah ia berdiri tegar.Tak membungkuk-bungkuk  dengan tatapan mantap,pasti dihadapan orang-orang berseragam yang biasanya rakyat kecil apalagi pengemis ciut nyali walau hanya untuk berdiri.Dengan pakaian bergambar seorang tokoh dia bangga atau  sangat mungkin ia pasti mengidolakannya. Memilihnya saat pilkada kemarin. Menaruh harapan padanya.Aku teringat seorang bocah yang selamat dalam tragedi tsunami di Aceh. Anak itu menggunakan kostum kesebelasan tim tertentu dari negara tertentu.Anak itu diundang ke negaranya  menjadi tamu kehormatan tim sepakbola itu.Tentunya dengan naik pesawat terbang.Mereka sangat respek akan keselamatan bocah itu yang kebetulan mengenakan kostum simbol  timnya. .Padahal jaraknya sangat jauh.Adakah yang menaruh  sedikit perhatian pada Hari  dengan hanya mengundang buka puasa? Jaraknya kan sangat dekat.Dekat sekali.Ada di degup jantung setiap orang.
            Di bulan Puasa sebulan penuh kita berlatih merasakan susahnya orang miskin. Kadang mejan  (tidak makan -Sasak) berhari-hari baru makan sekali. Mejan lagi.Itu dijalani bertahun-tahun.Bahkan ada yang seumur hidup dan diwariskan kepada anak cucunya.Mereka tak banyak protes dan menuntut perhatian dari orang lain.Kalau ada yang ngemis untuk sekedar memenuhi hasrat merasakan manisnya bulir nasi. Ah terlalu naif bila kita terus memburu mereka seperti babi hutan perusak lahan. Atau seperti kecoak yang tak kita sukai tanpa sebab yang bisa dipertanggungjawabkan.
Saat hidup ini memang kita sedang menentukan  dan memilih siapakah yang dapat membantu kita nanti di hari hisab. Orang-orang miskin akan diberi kesempatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa mengulurkan tangannya mengangkat orang kaya dari penderitaannya. Siapa mereka? Dialah orang kaya yang telah mengulurkan tangannya kepeda orang miskin sekarang ini.Bagaimana keadaan yang memburunya?  Wallahua’lam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar